Minggu, 28 Oktober 2012

GREYTI'S BLOG: Tugas dan implikasi perkembangan peserta didik pad...

GREYTI'S BLOG: Tugas dan implikasi perkembangan peserta didik pad...: Tugas dan implikasi perkembangan peserta didik pada usia sekolah menengah terhadap penyelenggaraan pendidikan A.     Konsep tugas pe...

Tugas dan implikasi perkembangan peserta didik pada usia sekolah menengah terhadap penyelenggaraan pendidikan


Tugas dan implikasi perkembangan peserta didik pada usia sekolah menengah terhadap penyelenggaraan pendidikan

A.    Konsep tugas perkembangan peserta didik pada usia sekolah menengah
          Tugas-tugas perkembangan berkenaan dengan sikap,prilaku dan keterampilan idealnya harus dikuasai dan diselesaikan sesuai dengan fase usia perkembangannya. Tugas-tugas perkembangan individu bersumber pada faktor-faktor kematangan fisik, tuntutan cultural kemasyarakatan, cita-cita, dan norma-norma agama.
1.      Tugas-Tugas Perkembangan
Tugas-Tugas Perkembangan dalam Masa Anak-Anak
1.    Tugas-tugas perkembangan dalam masa bayi dan kanak-kanak awal:
a.    Belajar berjalan.
b.    Belajar makan makanan padat.
c.    Belajar mengendalikan buang air kecil dan besar.
d.    Belajar membedakan jenis kelamin dan menghargainya.
e.    Memperoleh keseimbangan psikologis.
f.    Menyusun konsep-konsep sederhana tentang realita social dan realita pisik.
g.    Belajar menjalin hubungan secara emosional antara dirinya dengan orang tua, saudara-saudara dan orang lain.
h.    Belajar membedakan antara hal yang benar dengan yang salah, dan mengembangkan “hati nurani”.
      Tugas-tugas perkembangan dalam masa kanak-kanak akhir yaitu:
a.    Belajar tentang ketrampilan fisik yang diperlukan dalam permainan yang ringan-ringan atau mudah.
b.    Membentuk sikap-sikap sehat terhadapn dirinya demi kepentingan organismenya yang sedang tumbuh.
c.    Belajar untuk bergaul dan bermain bersama dengan teman seusia.
d.    Belajar menyesuaikan diri dengan keadaan dirinya sebagai wanita atau pria.
e.    Mengembangkan ketrampilan-ketrampilan dasar dalam membaca, menulis, dan berhitung.
f.    Mengembangkan konsep-konsep yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari.
g.    Mengembangkan kata hati, moral, dan ukuran nilai-nilai.
h.    Mengembangkan sikap-sikap dalam memandang kelompok-kelompok social dan lembaga masyarakat.

2. Tugas-Tugas Perkembangan dalam Masa Remaja
a.    Menerima keadaan fisiknya dan menerima peranannya sebagai pria atau wanita.
b.    Menjalin hubungan-hubungan baru dengan teman-teman sebaya baik sesama jenis maupun lain jenis.
c.    Memperoleh kebebasan secara emosional dari orang tuanya dan orang-orang dewasa lain.
d.    Memperoleh kepastiandalam hal kebebasan pengaturan ekonomis.
e.    Memilih dan mempersiapkan diri ke arah suatu pekerjaan atau jabatan.
f.    Mengembangkan keterampilan-keterampilan dan konsep-konsep intelektual yang diperlukan dalam hidup sebagai warganegara yang terpuji.
g.    Menginginkan dan dapat berperilaku yang diperbolehkan oleh masyarakat.
h.    Mempersiapkan diri untuk pernikahan dan hidup berkeluarga.
i.    Menyusun nilai-nilai kata hati yang sesuai dengan gambaran dunia, yang diperoleh dari ilmu pengetahuan yang memadai.
3. Tugas-Tugas Perkembangan dalam Masa Dewasa Awal
a.    Memilih teman bergaul (sebagai calon suami atau calon istri)
b.    Belajar hidup bersama dengan suami atau istri.
c.    Mulai hidup dalam keluarga.
d.    Belajar mengasuh anak-anak.
e.    Mengelola rumah tangga.
f.    Mulai bekerja dalam suatu jabatan.
g.    Mulai bertanggung jawab sebagai warganegara secara layak.
h.    Memperoleh kelompok social yang seirama dengan nilai-nilai pahamnya.
           Tugas-Tugas Perkembangan dalam Masa Dewasa Akhir
a.  Memperoleh tanggung jawab sebagai orang dewasa yang berkewarganegara dan hidup bermasyarakat.
b.  Menetapkan dan memelihara suatu standar kehidupan ekonomi bagi kehidupan.
c.  Membantu anak-anak remajanya untuk menjadi orang dewasa yang bertanggung jawab dan bahagia.
d.  Mengembangkan kegiatan-kegiatan pengisi waktu senggang yang sesuai dengan orang dewasa.
e.  Menciptakan hubungan diri dengan suami atau istri sebagai pribadi.
f.  Menerima dan menyesuaikan diri sehubungan dengan adanya perubuhan-perubahan pisiologis dalam masa dewasa akhir.
g.  Menyesuaikan diri dengan kehidupan orang tua yang sudah lanjut usia.
4. Tugas-Tugas Perkembangan dalam Masa Orang Tua
a.    Menyesuaikan diri pada keadaan berkurangnya kekuatan pisik dan kesehatan.
b.    Menyesuaikan diri dalam masa pension dan pendapatan yang berkurang.
c.    Menyesuaikan diri dalam keadaan meninggalnya suami atau istri.
d.    Menjalin hubungan yang rapat dengan teman-teman (kelompok) seusia.
e.    Memenuhi kewajiban-kewajiban sebagai warganegara berkewajiban dalam hidup bermasyarakat.
f.    Menyusun keadaan hidup yang memuaskan dalam hal pisik.
B.     Implikasi tugas perkembangan peserta didik pada usia sekolah menengah
Implikasi Tugas-Tugas Perkembangan Remaja dalam Penyelenggaraan Pendidikan
Memperhatikan banyaknya faktor kehidupan yang berada di lingkungan remaja, maka pemikiran tentang penyelenggaraan pendidikan juga harus memperhatikan faktor-faktor tersebut. Sekalipun dalam penyelenggaraan pendidikan diakui bahwa tidak mungkin memenuhi tuntutan dan harapan seluruh faktor yang berlaku tersebut.

a)      Pendidikan yang berlaku di Indonesia, baik pendidikan yang di-selenggarakan di dalam sekolah maupun di luar sekolah
pada umumnya diselenggarakan dalam bentuk klasikal. Penyelenggaraan pendidikan klasikal ini berarti memberlakukan sama semua tindakan pendidikan kepada semua remaja yang tergabung di dalam kelas, sekalipun masing-masing di antara mereka sangat berbeda-beda. Pengakuan terhadap kemampuan setiap pribadi yang beranekaragam itu menjadi kurang. Oleh karena itu, yang harus mendapatkan perhatian di dalam penyelenggaraan pendidikan adalah sifat-sifat dan kebutuhan umum remaja, seperti pengakuan akan kemampuannya, ingin untuk mendapatkan kepercayaan, kebebasan, dan semacamnya.

b). Beberapa usaha yang perlu dilakukan di dalam penyelenggaraan pendidikan, sehubungan dengan minat dan kemampuan remaja yang dikaitkan terhadap cita-cita kehidupannya antara lain adalah:
1) Bimbingan karier dalam upaya mengarahkan siswa untuk menentukan pilihan jenis pendidikan dan jenis pekerjaan sesuai dengan kemampuannya.
2) Memberikan latihan-latihan praktis terhadap siswa dengan ber-orientasi kepada kondisi (tuntutan) lingkungan.
3) Penyusunan kurikulum yang komprehensif dengan mengembangkan kurikulum muatan lokal.

c). Keberhasilan dalam memilih pasangan hidup untuk membentuk keluarga banyak ditentukan oleh pengalaman dan penyelesaian tugas-tugas perkembangan masa-masa sebelumnya. Untuk mengembangkan model keluarga yang ideal maka perlu dilakukan:
1) Bimbingan tentang cara pergaulan dengan mengajarkan etika pergaulan lewat pendidikan budi pekerti dan pendidikan keluarga.
2) Bimbingan siswa untuk memahami norma yang berlaku baik di dalam keluarga, sekolah, maupun di dalam masyarakat. Untuk kepentingan ini diperlukan arahan untuk kebebasan emosional dari orang tua.






Jumat, 05 Oktober 2012

Broken home dan pengaruh negatifenya terhadap prestasi belajar siswa



BROKEN HOME DAN PENGARUH NEGATIVENYA TERHADAP PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK

Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Seminar Problematik Biologi




 
 GREYTI QIVINTIA KOROPIT
        10 310 892


Dosen pembimbing:
Dr.H.M.Sumampouw M.pd
Dr.A.Maramis M.Si


UNIVERSITAS NEGERI MANADO
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN BIOLOGI
2012








ABSTRAK
Greyti Qivintia Koropit
Biologi,Universitas Negeri Manado
Jalan.Kampus Tondano-Tonsaru

Rumusan nonpenelitian ini disusun untuk mengetahui pengaruh negative siswa yang berasal dari kehidupan keluarga  yang tidak utuh dalam artian tidak harmonis (broken home ) terhadap hasil belajar siswa.Tujuan penulisan ini yaitu untuk jelaskan apakah ada perbedaan pencapaian hasil belajar siswa yang berasal dari keluarga tidak utuh(broken home) dan keluarga utuh.Masalah ini dikaji dari berbagai sumber untuk mendukung permasalahan tersebut. Peningkatan hasil belajar siswa bukan saja tergantung  dari individu tersebut tetapi factor luar  sangat mempengaruhi hasil belajar siswa terutama lingkungan keluarga.Istilah broken home bukanlah istilah yang sepelah tetapi berpengaruh negative terhadap kejiwaan anak maka dengan demikian akan menghambat konsentrasi belajar. Anak yang datang dari keluarga yang broken home prestasi belajarnya sangat rendah dibandingkan dengan anak yang berasal dari keluarga yang utuh. Dapat disimpulkan bahwa keberadaan atau keutuhan keluarga sangat berpengaruh terhadap anak dalam proses belajar disekolah.
Kata kunci: broken home berdampak negative terhadap pendidikan anak

ABSTRACT

Nonpenelitian formulation is designed to determine the effect of negative students from non-intact family life in the sense of harmony (broken home) on learning outcomes siswa.Tujuan this paper is to determine whether there are differences in student achievement from non-intact families (broken home) and family utuh.Masalah is examined from a variety of sources to support the issue. Improved student learning outcomes not only depend on the individual but external factors influence student learning outcomes, especially the family. The term broken home is not a term that sepelah but negative effect on the child's psyche will thereby inhibit learning concentration. Children who come from a broken home is very low academic achievement than children from intact families. It can be concluded that the presence or the family unit is very influential on the child in the learning process in schools.

Keywords: broken home negative impact on children's education







BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan manusia yang sangat penting untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya. Melalui pendidikan diharapkan anak didik memperoleh pengetahuan, keterampilan dan sikap yang sangat diperlukan untuk memecahkan persoalan yang dihadapi. Pendidikan memiliki peran penting dalam mencerdaskan bangsa. Proses belajar tidak selalu berhasil, hasil yang dicapai antara peserta didik yang satu dengan yang lain memiliki perbedaan. berhasil tidaknya proses belajar mengajar tergantung dari faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar peserta didik. Factor yang datang berupa factor intrinsik dan ekstrinsik.
Peningkatan prestasi belajar peserta didik bukan hanya tergantung dari individu itu. Akan tetapi prestasi belajar yang merupakan faktor dari luar juga sangat besar pengaruhnya. Pada dasarnya individu memiliki kemampuan yang sama dalam belajar, namun ada beberapa hal yang mempengaruhi sehingga terjadi suatu perbedaan dalam mencapai prestasi belajar. Peserta didik yang mengalami satu masalah, sebagian ada yang berusaha mengatasinya dan berhasil keluar dari masalahnya, tetapi pada umumnya mereka tidak mampu mengatasinya dengan sendiri sehingga memerlukan bantuan orang lain. Oleh karena itu keterlibatan orang tua atau keluarga sangat diperlukan sebagai orang terdekatnya.
Keluarga merupakan suatu tempat yang sangat penting untuk tumbuh kembang anak baik secara fisik maupun psikis.Didalam keluarga terdiri atas ayah,ibu dan anak merupakan suatu kesatuan yang saling melengkapi satu sama lain. Ketiga komponen tersebut akan membentuk suatu keharmonisan dan apa yang dibutuhkan anak sebagai peserta didik akan terpenuhi baik dalam segi perhatian,kasih sayang,motivasi,perlindungan akan terpenuhi. Orang tua pun perlu untuk mengetahui apa saja faktor yang dapat mempengaruhi proses belajar pada anak mereka, sehingga orang tua dapat mengenali penyebab dan pendukung anak dalam berprestasi.

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh sugiarti di SMP KRISTEN YSKI SEMARANG        koefisien regresi untuk dukungan social termasuk keluarga adalah sebesar -0.072 artinya dukungan social mempengaruhi penurunan prestasi belajar. Tetapi penelitian yang dilakukan juga oleh Yustiana tentang hubungan antara peran orang tua dengan prestasi belajar didapat angka korelasi negative yaitu-0,020. Hal ini berarti semakin tinggi peran orang tua maka prestasi belajar cenderung semakin rendah.dan kebalikan juga semakin tinggi prestasi belajar maka semakin rendah pula peran orang tua.jadi dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar dipengaruhi oleh berbagai factor yang salah satunya factor keluarga walaupun tidak terlalu signifikan.

      Tetapi kenyataan yang ada sekarang bahwa orang tua lebih mementingkan diri mereka sendiri tanpa memikirkan dampak negative yang akan timbul pada anak mereka yang disebabkan oleh ketidak harmonisan dalam keluarga dimana masalah ketidakutuhan(broken home)dalam keluarga sangat berpengaruh negative terhadap kejiwaan(psikis) anak maka dengan demikian prestasi belajar anak akan menurun.
      Sehingga tanpa disadari bahwa penurunan prestasi belajar siswa diakibatkan oleh keadaan orang tuanya ditengah-tengah keluarga yang tidak baik.Orang tua menginginkan prestasi anak tersebut meningkat atau prestasi dalam belajar merupakan dambaan bagi setiap orang tua terhadap anaknya.sementara dilain sisi orang tua mengabaikan tanggung jawabnya untuk menjadi teladan kepada anaknya.

Semoga dengan kita mempelajari makalah ini,kita sebagai orang tua lebih memperhatikan keadaan peserta didik dalam hal ini menghindari ketidak harmonisan dalam keluarga sehingga peserta didik dapat focus dalam proses belajar dengan begitu apa yang diharapkan dan dicita-citakan bersama baik orang tua dan anak sebagai peserta didik akan terlaksana.
          Untuk memenuhi tugas mata kuliah Seminar Problematik Biologi dan mengkaji lebih dalam tentang pengaruh negative broken home terhadap prestasi belajar peserta didik.














BAB II
KAJIAN  TEORI

  1. Pengertian Keluarga
Keluarga berasal dari bahasa (Sanskerta yaitu kulawarga yang artinya ras dan warga yang berarti anggota) adalah lingkungan yang terdapat beberapa orang yang masih memiliki hubungan darah. Keluarga sebagai kelompok sosial terdiri dari sejumlah individu, memiliki hubungan antar individu, terdapat ikatan, kewajiban, tanggung jawab di antara individu tersebut.
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan.Kata keluarga (Ensiklopedia Indonesia II:1729) menurut makna sosiologi yaitu kesatuan kemasyarakatan berdasarkan hubungan perkawinan dan pertalian darah(Subhan 2001). Home atau keluarga adalah lembaga social yang terkecil keluarga merupakan bagian yang terkecil dalam masyarakat. Keluarga merupakan kelompok manusia yang hidup bersama karena adanya ikatan perkawinan darah dan adopsi.(Tim pengembangan UPI)
   Menurut kadarwati 2011 pengertian keluarga diantaranya:
a)      Keluarga adalah tempat perkembangan awal seorang anak, sejak saat kelahirannya sampai proses perkembangan jasmani dan rohani berikutnya. Bagi seorang anak, keluarga memiliki arti dan fungsi yang vital bagi kelangsungan  hidup maupun dalam menemukan makna dan tujuan hidupnya. Untuk mencapai perkembangannya seorang anak membutuhkan kasih sayang, perhatian dan rasa aman untuk berlindung dari orang tuanya. Tanpa sentuhan manusiawi itu anak akan merasa terancam dan penuh rasa takut.
b)      Keluarga merupakan dunia keakraban seorang anak. Sebab dalam keluargalah dia mengalami pertama-tama hubungan dengan manusia dan memperoleh representasi dari dunia sekelilingnya. Pengalaman hubungan dengan keluarga semakin diperkuat dalam proses pertumbuhan sehingga melalui pengalaman makin mengakrabkan seorang anak dengan lingkungan keluarga. Keluarga dibutuhkan seorang anak untuk mendorong, menggali, mempelajari dan menghayati nilai-nilai kemanusiaan, religiusitas, norma-norma dan sebagainya. Nilai-nilai luhur tersebut dibutuhkan sesuai dengan martabat kemanusiaannya dalam penyempumaan diri.
c)      Keluarga merupakan tempat pemupukan dan pendidikan untuk hidup bermasyarakat dan bernegara agar mampu berdedikasi dalam tugas dan kewajiban dan tanggung jawabnya sehingga keluarga menjadi tempat pembentukan otonom diri yang memiliki prinsip-prinsip kehiduupan tanpa mudah dibelokkan oleh arus godaan.
d)     Keluarga merupakan kelompok terkecil yang anggotanya berinteraksi to face secara tetap, dalam kelompok demikian perkembangan anak dapat diikuti dengan sesama oleh orang tuanya dan penyesuaian secara pribadi dalam hubungan sosial lebih mudah terjadi.
Orang tua mempunyai motivasi yang kuat untuk mendidik anak karena anak merupakan cinta kasih hubungan suami istri.
Motivasi yang kuat melahirkan hubungan emosional antara orang tua dan anak.
Karena hubungan sosial dalam keluarga itu bersifat tetap maka orang tua memainkan peranan sangat penting terhadap proses sosialisasi anak.
Jadi dapat disimpulkan bahwa Keluarga merupakan Unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari ayah,ibu dan anak yang didalamnya merupakan suatu kesatuan yang memiliki ikatan yang tak dapat dipisahkan dimana orang tua menjadi teladan bagi anak-anak sedagkan anak merupakan cermin dari keberadaan keluarga kemudian keluarga memiliki peran yang sangat penting untuk tumbuh kembangnya anak baik jasmani maupun rohani.

2.         Fungsi Keluarga
Fungsi keluarga menurut (friedman 1998):
1.      Fungsi afektif (the affective function) fungsi keluarga yang utama untuk mengajarkan segala sesuatu untuk mempersiapkan anggota keluarga berhubungan dengan orang lain fungsi ini dibutuhkan untuk perkembangan individu dan psikososial anggota keluarga.Contohnya: mengajarkan kepada anak cara-cara bersosialisasi dengan orang lain.
2.      fungsi sosialisasi dan tempat bersosialisasi adalah fungsi mengembangkan dan tempat melatih anak untuk kehidupan social sebelum meninggalkan rumah untuk berhubungan social.Contoh: orang tua memberikan penjelasan bahwa kita harus menyesuaikan dengan lingkungan dimana kita tinggal agar kita dapat diterima dilingkungan baru tersebut.
3.      Fungsi reproduksi (the reproductive function) untuk mempertahankan generasi dan menjaga kelangsungan keluarga.
4.      fungsi ekonomi(the economic function) yaitu untuk memenuhi kebetuhan keluarga secara ekonomi dan tempat mengembangkan kemampuan individu meningkatkan kebutuhan untuk memenuhi keluarga.
5.      fungsi perawatan fungsi ini yaitu untuk mempertahankan kesehatan anggota keluarga.
Namun berubahnya pola hidup agraris menjadi industrialisasi fungsi keluarga dikembangkan menjadi:
1.      fungsi ekonomi dimana keluarga yang produktif yang mampu menghasilkan nilai tambah ekonomi dengan memanfaatkan sumber daya keluarga.
2.      fungsi pendapatan status social yaitu keluarga dapat melihat starata social dgn keluarga lain.
3.      fungsi pendidikan yaitu keluarga mempunyai peranan dan tanggungjawab yang besar terhadap pendidikan anak-anaknya untuk menghadapi kehidupan dewasanya.(dalam buku asuhan keperawatan keluarga)
Mengingat betapa pentingnya peran keluarga untuk anak, maka  keluarga sangat menentukan kepribadian, perilaku, konsep diri, motivasi berprestasi, serta pandangan hidup anak tersebut. Maka akan sangat fatal akibatnya apabila keluarga tidak lagi mampu berfungsi sebagaimana mestinya. Keluarga adalah suatu lingkungan yang terdiri dari orang-orang terdekat bagi seorang anak. Banyak sekali waktu dan kesempatan bagi seorang anak untuk berjumpa dan berinteraksi dengan keluarganya. Perjumpaan dan interaksi tersebut sudah pasti sangat besar pengaruhnya bagi perilaku dan prestasi seseorang. Kondisi yang harmonis dalam keluarga dapat memberi stimulus dan respon yang baik dari anak sehingga perilaku dan prestasinya menjadi baik.
Sebaliknya jika keluarga tidak harmonis atau broken home akan berdampak negatif bagi perkembangan peserta didik, perilaku dan prestasi cenderung terhambat, dan akan muncul masalah masalah dalam perilaku dan prestasinya. Contoh: anak yang kekurangan perhatian dan kasih sayang dari orang tua akan menimbulkan kenakalan pada anak.

  1. Peranan Keluarga dalam menigkatkan prestasi belajar peserta didik
         Peran adalah serangkaian prilaku yang diharapkan pada seseorang sesuai dengan posisi social yang diberikan  dan dapat diartikan juga sebagai kemampuan individu untuk mengontrol atau mempengaruhi atau mengubah perilaku orang lain.peran keluarga dijalankan untuk menjaga keseimbangan dalam keluarga.(supartini 2002).
        Orang Tua memegang peranan utama dan pertama bagi pendidikan anak, mengasuh, membesarkan dan mendidik anak merupakan tugas mulia yang tidak lepas dari berbagai halangan dan tantangan.
        Peran orang tua terhadap anak dimana kemampuan yang ekselen dan segala hal yang baik muncul pada anak,mula-mula datang dari rumah dan memerlukan pula orang dari rumah atau orang tua. Dengan adanya komitmen dari orang tua terhadap penggunaan waktu yang produktif dan seseorang harus bekerja sebaik mungkin merupakan suatu nilai yang berpengaruh pada anak dimana orang tua perlu memberikan contoh dan menanamkan adanya standar nilai yang tinggi yang harus diraih anak. Disamping itu partisipasi orang tua terhadap belajar anak merupakan sumbangan signifikan pada prestasi yang diraihnya.
          Pada dasarnya hubungan orang tua dan anak tergantung pada sikap serta perilaku orang tua dalam keluarga. Sikap orang tua sangat menentukan terbentuknya hubungan keluarga sebab apabila hubungan telah terbentuk dengan baik, maka hal ini cenderung untuk di pertahankan, karenanya sikap orang tua terhadap anak merupakan hasil belajar.
            Campbell dan Parcel (2002) mengemukakan, bahwa pendidikan orang tua, tingkat pengetahuan dan investasi dalam pendidikan dan aspirasi pendidikan yang tinggi berhubungan dengan semakin baiknya lingkungan keluarga anak anak. Semakin tinggi pendidikan orang tua maka menunjukkan adanya kecenderungan mempunyai harapan tingkat pendidikan anak yang lebih tinggi, memberi dukungan kepada anak untuk melakukan yang terbaik di sekolahan, dan pengharapan yang tinggi terhadap prestasi akademik anak (Davis-Kean & Schnabel, 2002 diacu dalam Davis-Kean dan Sexton, tanpa tahun). Lingkungan keluarga tersebut merupakan lingkungan dimana orang tua memberikan perhatian kepada anak berkaitan dengan dorongan untuk berpestasi, aspirasi pendidikan dan pekerjaan, fasilitas belajar, pemanfaatan waktu, dan ikatan keluarga.

Cassidy(1981) menyebutkan 5 hal yang mungkin menjadi pegangan bagi orang tua didalam mendidik anaknya yaitu:
1.      Berlaku sebagai pendorong anak didalam memberikan informasi tentang kekuatan dan gaya belajar yang dimiliki oleh anak.
2.      Menyediakan kesempatan belajar dirumah maupun diluar sekolah
3.      Bantulah anak pada setiap tugas yang diberikan oleh sekolah
4.      Berperan sebagai mentor dan tidak segan-segan bertukar pikiran dengan orang tua lain maupun anak yang lain.
5.      Mengembangkan materi pelajaran yang diberikan untuk anak sesuai minat dan kemampuannya.( rena akbar.2001)
              Ketika anak berhasil mengerjakan sesuatu yang baik orang tua harus memberikan  pujian dan pengakuan terhadap hal-hal yang berhasil dilakukan anak sehingga anak merasa berguna dan mampu tetapi jangan sampai berlebihan.
pengakuan secara otomatis akan meningkatkan inisiatif  dan rasa percaya dirinya dalam melakukan sesuatu apalagi yang berhubungan dengan belajar disekolah.Jika orang tuanya menjelaskan apa yang dilakukan anak itu baik maka akan lebih membantu anak mengembangkan rasa percaya diri yang didasarkan atas prestasi yang sesungguhnya.Anak sangat membutukan bantuan dalam menyelesaikan setiap masalah yang datang maka orang tua dapat membantu anak untuk menyelesaikan masalah seperti memberikan solusi terhadap permasalahannya.
         interaksi sehari-hari antara orang tua dan anak cocok untuk membimbing anak dalam aktivitas sehari-hari membantu anak mengembangkan bermacam-macam strategi untuk mendapatkan apa yang diinginkannya,memahami keterbatasannya dan mengarahkan anak untuk memahami hal-hal yang boleh sehingga anak dapat memecahkan masalah dan memiliki bekal dalam penyesuaian dirinya. Orang tua harus menjadi teladan bagi anak-anaknya(utami azi.2006)
Maka dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar peserta didik dapat meningkat atau menurun tergantung dari keberadaan orang tua,walaupun tidak seluruhnya dipengaruhi oleh orang tua tetapi orang tua berperan penting dalam hal peningkatan prestasi belajar.

  1. Penyebab broken home
       Kata broken home sering dilabelkan pada anak yang menjadi korban perceraian anaknya. Sebenarnya anak yang broken home bukan hanya anak yang berasal dari orang tua yang bercerai, tetapi juga anak yang berasal dari keluarga yang tidak utuh atau tidak harmonis. Terdapat banyak faktor yang melatarbelakangi anak yang broken home, antara lain percekcokan atau pertengkaran orang tua, perceraian, kesibukan orang tua.
Menurut kardawati Penyebab timbulnya keluarga yang broken home antara lain:
a)      Orangtua yang bercerai
       Perceraian menunjukkan suatu kenyataan dari kehidupan suami istri yang tidak lagi dijiwai oleh rasa kasih sayang dasar-dasar perkawinan yang telah terbina bersama telah goyah dan tidak mampu menompang keutuhan kehidupan keluarga yang harmonis. Dengan demikian hubungan suami istri antara suami istri tersebut makin lama makin renggang, masing-masing atau  salah satu membuat jarak sedemikian rupa sehingga komunikasi terputus sama sekali. Hubungan itu menunjukan situasi keterasingan dan keterpisahan yang makin melebar dan menjauh ke dalam dunianya sendiri. jadi ada pergeseran arti dan fungsi sehingga masing-masing merasa serba asing tanpa ada rasa kebertautan yang intim lagi.
b)      Kebudayaan bisu dalam keluarga
       Kebudayaan bisu ditandai oleh tidak adanya komunikasi dan dialog antar  
anggota keluarga. Problem yang muncul dalam kebudayaan bisu tersebut justru terjadi dalam komunitas yang saling mengenal dan diikat oleh tali batin. Problem tersebut tidak akan bertambah berat jika kebudayaan bisu terjadi diantara orang yang tidak saling mengenal dan dalam situasi yang perjumpaan yang sifatnya sementara saja. Keluarga yang tanpa dialog dan
komunikasi akan menumpukkan rasa frustasi dan rasa jengkel dalam jiwa anak-anak. Bila orang tua tidak memberikan kesempatan dialog dan komunikasi dalam arti yang sungguh yaitu bukan basa basi atau sekedar bicara pada hal-hal yang perlu atau penting saja; anak-anak tidak mungkin mau mempercayakan masalah-masalahnya dan membuka diri. Mereka lebih baik berdiam diri saja. Situasi kebudayaan bisu ini akan mampu mematikan
kehidupan itu sendiri dan pada sisi yang sama dialog mempunyai peranan yang sangat penting. kurangnya hasil belajar dapat berakar pada kurangnya dialog dalam masa kanak-kanak dan masa berikutnya, karena orang tua terlalu menyibukkan diri sedangkan kebutuhan yang lebih mendasar yaitu cinta kasih diabaikan. Akibatnya anak menjadi terlantar dalam kesendirian dan kebisuannya. Ternyata perhatian orang tua dengan memberikan kesenangan materi belum mampu menyentuh kemanusiaan anak. Dialog tidak dapat digantikan kedudukannya dengan benda mahal dan bagus. Menggantikannya berarti melemparkan anak ke dalam sekumpulan benda mati.
c)      Perang dingin dalam keluarga
Dapat dikatakan perang dingin adalah lebih berat dari pada kebudayaan bisu.
Sebab dalam perang dingin selain kurang terciptanya dialog juga disisipi oleh rasa perselisihan dan kebencian dari masing-masing pihak. Awal perang dingin dapat disebabkan karena suami mau memenangkan pendapat pendiriannya sendiri, sedangkan istri hanya mempertahankan keinginan dan kehendaknya sendiri. Suasana perang dingin dapat menimbulkan :
1.      Rasa takut dan cemas pada anak-anak.
2.      Anak-anak menjadi tidak betah dirumah sebab merasa tertekan dan
bingung serta tegang.
3.       Anak-anak menjadi tertutup dan tidak dapat mendiskusikan masalah yang
dialami.
4.       Semangat belajar dan konsentrasi mereka menjadi lemah.
Lingkungan keluarga yang tidak kondusif  berdampak kurang baik bagi perkembangan jiwa anak. Situasi keluarga yang tidak kondusif  yaitu diantaranya:
1.      Hubungan yang buruk /dingin antara ayah dan anak
2.      Terdapat gangguan fisik atau mental dalam keluarga
3.      Cara mendidik anak yang berberbeda antara kedua orang tua
4.      Sikap orang tua yang dingin atau acuh terhadap anak.
5.      Sikap orang tua yang kasar dan keras /otoriter pada anak
6.      Anak yang kehilangan orang tua
7.      Orang tua yang tidak harmonis.( Noorkasiani 2007)
Anak membutuhkan kasih sayang dan perhatian dari keluarganya (orang tuanya). Cekcok atau pertengkaran  antara ayah dan ibu seringkali membawa dampak buruk pada anak. Anak yang seharusnya mendapat kasih sayang dan pendidikan harus mengalami masa yang kritis untuk menjadi terbiasa dengan pertengkaran ayah dan ibunya. Pada usia balita, anak-anak yang kurang mendapat kasih sayang dan perhatian orang tuanya seringkali pemurung, labil dan tidak percaya diri. Ketika menjelang usia remaja kadang-kadang mereka mengambil jalan pintas, minggat dari rumah dan menjadi anak jalanan bahkan melakukan hal-hal yang menyimpang. Ketenangan yang ia rindukan berubah menjadi suram. Lebih jauh lagi, keluarga tidak lagi menjadi sebuah tempat yang dirindukan melainkan menjadi tempat yang yang tidak diinginkan bahkan tempat yang wajib untuk dihindari.
5.      Pengertian Prestasi Belajar
Prestasi belajar adalah hasil belajar yang dicapai peserta didik yang tercermin dalam nilai rapor.Nilai rapor merupakan hasil pengolahan rata-rata nilai ulangan umum,nilai ulangan harian dan pekerjaan rumah.
6.      Prestasi belajar siswa yang datang dari keluarga utuh
Berbagai kemudahan yang diperoleh dari peserta didik yang datang dari keluarga harmonis:
1.      Mudah menerima pelajaran yang diberikan guru karena suasana hatinya tenang dan gembira,berpikiran jernih dan selalu berkonsentrasi ,ia dapat belajar secara maksimal karena belajar baginya menjadi saat meneguhkan kemampuan diri.(bimbingan dan kons sma kls XI by Sri Hapsari.Grasindo
2.      Memiliki kemampuan daia ingat yang kuat karena ia mempunyai kesempatan untuk belajar kembali dan memperkaya dari berbagai sumber.
3.      Bertanggung jawab dengan mengerjakan setiap tugas secara maksimal pemberian tugas baginya menjadi suatu kesempatan untuk menunjukan keterampilan dan kemampuan.
4.      Mampu merencanakan karier pendidikannya dalam tahapan-tahapan
5.      Tidak mengalami kesulitan dalam bergaul.ia mampu berkomunikasi dengan baik kepada siapa saja karena keluarga telah mendidiknya untuk berkembang dalam kebersamaan.

7. Prestasi belajar peserta didik yang berasal dari keluarga tidak utuh(Broken home)
Peserta didik yang tinggal bersama orang tua akan mengalami hambatan dalam belajar, apabila tidak adanya kekompakan dan kesepakatan diantara kedua orang tuanya. Perselisihan, pertengkaran, perceraian, dan tidak adanya tanggung jawab antara kedua orang tua akan menimbulkan keadaan yang tidak diinginkan terhadap diri peserta didik dan akan menghambat proses belajar diantaranya:
  1. Prestasi belajar peserta didik menurun
  2. Mengalami kesulitan_kesulitan dalam belajar
  3. Konsentrasinya menurun dan akibatnya sulit menerima pelajaran yang diberikan.
  4. Anak itu akan menjadi pendiam dan cenderung menjadi anak yang menyendiri serta suka melamun dengan keadaan seperti itu maka hasil belajarnya akan menurun.
  5. Motivasi yang rendah

8.      Cara penanggulangan baik sebagai orang tua maupun tenaga pendidik
1.      Orang tua : Lebih mementingkan kepentingan atau perkembangan anak agar prestasi belajar berjalan dengan baik sesuai yang diharapkan.Dengan menghindari perselisihan yang berkepanjangan,perceraian.
2.      Guru: melakukan pendekatan secara individual diluar jam belajar untuk mengetahui masalah-masalah yang dihadapi peserta didik kemudian memberikan saran selayaknya seorang guru agar masalah tersebut dapat teratasi dan tidak menurunkan prestasi belajar anak tersebut.










BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
     Keluarga merupakan unit terkecil dalam masyarakat. Orangtua berperan penting bagi tumbuh kembangnya anak baik secara jasmani,psikis dan  rohani.jika fungsi dari keluarga atau orang tua diabaikan akan berdampak negatife bagi perkembangan anak termasuk prestasi belajar peserta didik.
    Prestasi belajar peserta didik yang datang dari keluarga utuh berbeda dengan prestasi belajar yang datang dari keluarga broken home karena berbagai hal yang melatar belakangi yang meliputi kepedulian orang tua,motivasi,perhatian dan kasih saying.



















Sumber
1.      Kadarwati.2011.Bimbingan dan konseling fakultas keguruan dan ilmu pendidikan.Universitas PGRI.Yogyakarta.
2.      Subhan.2001.Membina keluarga sakina.pustaka pesantren:Jogjakarta
3.      Suprajitno.2003.Asuhan Keperawatan Keluarga.EGC:Jakarta
4.      Noorkasiani.2007.Sosiologi Keperawatan.EGC:Jakarta
5.      Hapsari.2003.Bimbingan dan konseling kelas XI.Grasindo.Jakarta
6.      Haris.2001.faktor ekternal yang mempengaruhi belajar:psikologi pendidikan
7.      Hanifah.2001.Media riset akuntansi,auditing dan informasi,vol 1,No.3 Desember 2001:63-86
8.      Iswanti.Pengaruh motivasi berprestasi dan peran orang tua dengan prestasi belajar siswa.dosen akademi sekretari/LPK Tarakanita.